script src='https://ajax.googleapis.com/ajax/libs/jquery/1.6.1/jquery.min.js' type='text/javascript'/> seberkas cahaya
Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta kepada-Mu, bertemu dalam taat kepada-Mu, bersatu dalam dakwah kepada-Mu, berjanji setia untuk membela syariat-Mu. Ya Allah, kokohkanlah ikatan ukhuwahnya, kekalkanlah cintanya dan tunjukillah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tidak pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal kepada-Mu. Hidupkanlah hati kami dengan ma’rifat kepada-Mu. Matikanlah kami dalam keadaan syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkaulah Sebaik-baik Pelindung dan Sebaik-baik Penolong. Ya Allah, kabulkanlah. Yaa Allah, dan sampaikanlah salam sejahtera kepada junjungan kami, nabi Muhammad saw, kepada para keluarganya, dan kepada para sahabatnya, limpahkanlah keselamatan untuk mereka.
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (QS. Al Ikhlas:2) “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang pemimpin panutan, seorang yang selalu patuh kepada Allah, hanif/bertauhid, dan sama sekali dia tidak tergolong bersama kelompok orang-orang musyrik.” (QS. an-Nahl: 12)

Senin, 13 Agustus 2012


Nasehat untuk hati: Derita abadi karena dengki

Oleh:  Abu Umar Abdillah - http://www.arrisalah.net
Jum'at, 6 Juli 2012 22:24:24
(Arrahmah.com) - Gelang di tangan orang yang hendak dirampas tidak dapat, cincin di jari sendiri terlucut hilang. Begitulah peribahasa Melayu menggambarkan keadaan orang yang menyimpan rasa dengki. Harapan ingin mendapatkan milik orang tak didapatkan, namun sesuatu yang menjadi milik sendiri dikorbankan. Karena sejatinya pendengki selalu rugi, tak ada keuntungan sedikitpun bagi pendengki. Bahkan, gambaran peribahasa tersebut belum cukup menggambarkan total kerugian orang yang dialami orang yang terjangkiti penyakit dengki.

Derita Para Pendengki
Tak ada yang lebih patut dikasihani melebihi orang yang menderita penyakit dengki. Jika umumnya manusia berpikir dan berbuat untuk sesuatu yang menguntungkan dirinya, atau sekedar menyenangkan hatinya, tidak demikian halnya dengan pendengki. Tak ada keuntungan sedikitpun yang dihasilkan pendengki. Tak ada pula kesenangan hati yang dipanen oleh orang yang hasud.
Kerisauan hati yang tak putus-putus, dialami oleh pendengki saat melihat orang lain mendapat nikmat. Semakin banyak nikmat disandang orang lain, makin menguat gelisah hati pendengki. Ini tidak akan berakhir hingga nikmat tersebut hilang dari orang yang didengki, bahkan terkadang belum terobati juga rasa dengki itu sebelum orang yang didengki tertimpa banyak kerugian. Dari sini kita tahu, betapa jahat seorang pendengki, ia tidak rela melihat orang lain bahagia, sebaliknya ia bersuka cita melihat orang lain bergelimang lara. Allah Ta'ala menggambarkan sikap dengki ini dalam firmanNya, "Bila kamu memperoleh kebaikan, maka hal itu menyedihkan mereka, dan kalau kamu ditimpa kesusahan maka mereka girang karenanya." (QS. Ali Imran: 120)
Berbeda dengan kesedihan atau musibah yang dialami oleh orang yang bersabar, kegalauan yang terus menerus dirasakan oleh pendengki adalah musibah berat yang sama sekali tidak mendatangkan pahala, bahkan berpotensi menggerogoti kebaikan, sebagaimana api melalap kayu bakar yang telah kering.
Nabi SAW bersabda, "Hindarilah oleh kalian hasad, karena hasad bisa memakan kebaikan sebagaimana api melalap kayu bakar." (HR Abu Dawud)
Maksud memakan kebaikan adalah menghilangkannya, membakarnya dan menghapus pengaruhnya, seperti yag disebutkan dalam Kitab Faidlul Qadiir. Ini juga menunjukkan bahwa kebaikan itu bisa sirna dalam sekejap jika terbakar oleh kedengkian. Makin besar api kedengkian, makin cepat melalap habis kebaikan. Al-Manawi di dalam at-Taisir bi Syarhi al-Jami'is Shaghir menjelaskan sebab dihilangkannya kebaikan pendengki adalah, "karena orang yang dengki itu berarti menganggap Allah Ta'ala jahil, tidak bisa memberikan sesuatu sesuai dengan proporsinya." Ia menganggap Allah salah dalam mengalamatkan nikmat dan karunia. Seakan ia lebih tahu dari Allah tentang siapa yang lebih layak untuk mendapatkannya. Sehingga layaklah pendengki dihilangkan kebaikan-kebaikannya. Sungguh rugi para pendengki, selalu risau di dunia, terancam bangkrut di akhirat.
Membahayakan Diri dan Orang Lain
Efek kedengkian semakin parah ketika pendengki berambisi melampiaskan kedengkiannya. Makin kuat kedengkian dan ambisi melampiaskan, makin besar pula dosa dan bahaya yang ditimbulkan. Baik mengenai diri sendiri, maupun orang lain. Bahkan dosa pertama yang dilakukan oleh iblis disebabkan oleh dengki. Dia menganggap dirinya lebih layak mendapat penghormatan daripada Adam. Karenanya, Iblis berani menentang perintah Allah yang menyuruhnya bersujud. Jadilah iblis sebagai makhluk yang terkutuk, dan dipastikan bakal menempati neraka selamanya. Kedengkian berlanjut, Iblis berusaha dan akhirnya berhasil menggelincirkan Adam. Belum puas, Iblis bersumpah untuk menggoda dan menyesatkan semua keturunan Adam selagi mampu. Dari sini lahirlah segala bentuk kemaksiatan dan dosa yang merupakan syi'ar Iblis dan siasatnya untuk menjerumuskan anak Adam. Sekali lagi, ini bermula dari hasad. Maka hendaknya orang yang menaruh kedengkiannya kepada saudaranya segera menyudahi, sebelum melahirkan segala bentuk dosa yang belum terbayangkan sebelumnya.
Pembunuhan pertama yang terjadi di jagad raya yang dilakukan oleh Qabil terhadap Habil juga disebabkan oleh dengki. Qabil tak bisa menerima kenyataan atas nikmat yang dianugerahkan Allah kepada Habil, saudara kembarnya. Dari sebab yang sepele ini, ketika dipicu oleh dengki, akhirnya berujung kepada pembunuhan yang dilakukan Qabil terhadap saudaranya.
Dan memang, umumnya kedengkian tertuju kepada orang-orang terdekat, saudara, keluarga, teman sejawat, tetangga dan orang-orang yang memiliki ikatan tertentu dengannya. Sebab rasa dengki itu timbul karena saling ingin mendapatkan satu tujuan. Dan itu tak akan terjadi pada orang-orang yang saling berjauhan, karena pada keduanya tidak ada kepentingan yang mengikat satu sama lain.
Bila Hati Bersih dari Rasa Dengki
Kedengkian bermuara dari hubbud dunya, gandrung terhadap dunia. Baik berupa gila tahta sehingga ia dengki terhadap siapapun yang sedang memegang suatu posisi jabatan yang diinginkan. Atau karena ta'azzuz, gila hormat dan merasa diri lebih mulia. Ia keberatan bila ada orang lain lebih dihormati dari dirinya.
Bagi orang yang memiliki orientasi akhirat, juga ingin damai hatinya di dunia, tentu rasa dengki di hati segera dicampakkannya. Karena tak ada untungnya hati mendengki. Jika ternyata yang kita dengki akhirnya masuk jannah, maka bagaimana mungkin kita sakit hati dan dengki kepada orang yang ternyata menjadi penghuni jannah. Jika ternyata yang didengki masuk neraka, buat apa kita kita iri atas nikmat yang disandang oleh orang yang berakhir dengan pendertaan selamanya. Seperti yang diungkapkan oleh Muhammad bin Sirin, "Apa untungnya saya mendengki orang atas sesuatu dari nikmat dunia, jika ia ahli jannah, maka bagaimana saya akan mendengkinya padahal ia ahli jannah? dan jika ia ahli neraka maka untuk apa dengki terhadap orang yang bakal masuk neraka?"
Bersihnya hati dari rasa dengki juga menjadi andalan amal Saad bin Abi Waqas, sehingga dijanjikan Nabi masuk jannah.
Sahabat Anas bin Malik RDL bercerita, Ketika kami sedang bermajlis bersama Nabi SAW, tiba-tiba belia bersabda, "Sekarang, akan muncul di tengah-tengah kalian salah seorang penghuni jannah." Tak lama kemudian, seorang Sahabat Anshar di hadapan para sahabat dengan kondisi jenggotnya mengalirkan air bekas wudhunya, kejadian itu terjadi sampai tiga hari. Pada hari ketiga, ia diikuti oleh Abdullah bin Umar ke rumahnya, dengan maksud untuk mengetahui kelebihan amal yang dilakukan orang itu. Akan tetapi Abdullah bin Umar tidak mendapatkan sesuatu yang istimewa pada amalan orang itu.Karena penasaran, beliau bertanya tentang amalan yang menjadi unggulannya. Sahabat Anshar itu menjawab, "Saya tidak memiliki kelebihan apa-apa selain yang kamu lihat. Hanya saja, tidak ada dalam hatiku rasa dendam terhadap sesama muslim dan tidak punya rasa iri (hasad) terhadap sesuatu yang Allah telah berikan kepadanya."
Allah juga memuji kelebihan sahabat Anshar yang tidak mendengki atas kaum Muhajirin yang mendapatkan banyak keistimewaan,
"Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan." (QS. Al-Hasyr 9)
Para ulama ahli tafsir menjelaskan, yang dimaksud dengan,
Yakni, tidak terdapat dalam hati mereka rasa iri dan dengki atas nikmat Allah yang telah diberikan kepada kaum muhajirin, berupa kedudukan, tingkatan, dan penyebutan yang mendahulukan Muhajirin ketimbang penyebutan Anshar.
Ya Allah jagalah hati kami dari sifat iri dan dengki. Amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Radio

NILAI TUKAR DINAR DIRHAM
29-01-2010 , Jumat Siang

DINAR EMAS
½ Dinar - Rp. 705.500,-
1 Dinar - Rp. 1.411.000,-
2 Dinar - Rp. 2.821.500,-

DIRHAM PERAK
1 Dirham - Rp. 29.400,-
2 Dirham - Rp. 58.800,-
1 Khamsa - Rp. 147.000,-

HARGA EMAS PERAK DUNIA


[Most Recent Quotes from www.kitco.com]
[Most Recent Quotes from www.kitco.com]

Blog Archive

 

Copyright © 2009 by seberkas cahaya