script src='https://ajax.googleapis.com/ajax/libs/jquery/1.6.1/jquery.min.js' type='text/javascript'/> seberkas cahaya: BAGAIMANA MEMAHAMI AL QUR'AN (1)
Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta kepada-Mu, bertemu dalam taat kepada-Mu, bersatu dalam dakwah kepada-Mu, berjanji setia untuk membela syariat-Mu. Ya Allah, kokohkanlah ikatan ukhuwahnya, kekalkanlah cintanya dan tunjukillah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tidak pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal kepada-Mu. Hidupkanlah hati kami dengan ma’rifat kepada-Mu. Matikanlah kami dalam keadaan syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkaulah Sebaik-baik Pelindung dan Sebaik-baik Penolong. Ya Allah, kabulkanlah. Yaa Allah, dan sampaikanlah salam sejahtera kepada junjungan kami, nabi Muhammad saw, kepada para keluarganya, dan kepada para sahabatnya, limpahkanlah keselamatan untuk mereka.
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (QS. Al Ikhlas:2) “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang pemimpin panutan, seorang yang selalu patuh kepada Allah, hanif/bertauhid, dan sama sekali dia tidak tergolong bersama kelompok orang-orang musyrik.” (QS. an-Nahl: 12)

Minggu, 22 November 2009

BAGAIMANA MEMAHAMI AL QUR'AN (1)

AL-ILAH (TUHAN)

Oleh : Abul A’laAlmaududi



DIBAHAS DARI SEGI BAHASA
Kata ( Al-ilah) terdiri atas tiga huruf : Harnzah, Lam, ha.' Ka¬ta ini (diulas dalam kamus-kamus
bahasa Arab sebagai berikut
a) ( (uluhtu ila fulan) = Aku cende¬ rung kepada fulan.
b) (Alihar-rajulu-ya'lahis) = Orang itu mengharapkan seorang yang akan bisa menolongnya,
karena tertimpa oleh suatu musibah.
c) (Alihar-rajulu ilar-rajuli)= Orang ini rnencari orang itu, karena sangat rindu kepada¬nya.
d) (Alihal fashilu) = Anak kuda (atau sebagainya) tidak mau pisah dari induknya.
e) (Alaha, llahatan, Uluhatan) _Mengabdi - Pengabdian. 1
f. Al-ilah dalah pecahan dari kata (Laha - Yalihu - Laihan) = Berlindung - Lindungan.

Dari penjelasan di atas, dapatlah dimengerti bahwa kata (Alaha, Ya'lahu, Ilahatan) berarti me¬nyerahkan atau menitipkan diri supaya selamat dan terjamin. Un¬tuk mendapatkan keselamatan atau jaminan itu, ada imbalannya.
Dan kata (AI-Ilah) berarti (Al-Ma'bud) = Pelindung, Penjamin dan sebagainya.
Maka dapatlah ditarik beberapa kesimpulan :

1) Ada pun yang mendorong seseorang berta-alluh (berbakti, mengabdi dan sebagainya), adalah kebutuhan yang sangat mendesak. Tak seorang pun akan menjatuhkan martabatnya di depan orang lain tanpa mengharapkan sesuatu dari padanya, baik moral atau pun material.
2) Adalah sifat manusia menghormat bahkan menjunjung tinggi pihak yang dapat diharapkan pertolongan dan jasa¬ jasa baiknya, atau yang dianggapnya sebagai lebih tinggi martabatnya, atau lebih gagah perkasa.

3) Pada umumnya, setiap kebutuhan yang didapat oleh se¬seorang dari sesamanya secara wajar, melalui prosedur yang berlaku di alam yang tampak di depan mata dan ma¬suk akal serta tidak mustahil dilakukan oleh manusia, tak¬kan mendorong orang untuk beribadah kepadanya seba¬gai sesembahan. Sebagai contoh ; Seorang yang sudah lama melamar pekerjaan ke sana ke sini untuk nafkah rumah-tangganya dan supaya tidak menjadi beban di atas bahu masyarakat sekitarnya, yang akhirnya dengan susah payah dan melalui banyak liku-¬liku, diterima oleh suatu perusahaan. Betapa pun besar¬nya terima kasih orang itu kepada si majikan, takkan ter¬gores di benaknya untuk menjadikannya sebagai sesem¬bahan. Ia takkan berbuat demikian, sebab ia tahu cara mendapatkan pekerjaan atau nafkah yang memenuhi ke¬butuhan rumah-tangganya itu. Sekali-kali ia takkan me¬nyembah sesuatu, kecuali yang akan disembahnya itu maha gagah perkasa dan kekuasaannya tak dapat diba¬yangkan batasnya apalagi diraba dengan pancaindera. Ka¬rena itulah, kata (Alma'bud) sebagai predi¬kat yang maknanya mencakup "Pelindung, yang dirindu¬kan" dan mencakup arti segala sifat keagungan.
4) Adalah sifat manusia - tanpa kecuali : bahwa dengan rasa rindu dan penuh harapan, ia menuju sesuatu yang menu¬rut keyakinannya akan sanggup dan mampu memenuhi kebutuhannya, mampu membela dan menyelamatkannya di kala ditimpa suatu derita atau musibah dan dapat juga menenangkan hatinya bila gelisah.





Kini jelaslah sudah, bahwa kecenderungan untuk memberikan predikat (Al-Ilah) kepada Al-Ma'bud),
sesembahan atau yang disembah itu, tak lain ada1ah karena DIA :
a) Dapat memenuhi kebutuhan sepenuhnya
b) Maha Pelindung
c) Maha Penenang
d) Mempunyai kekuasaan yang mutlak dan keagungan yang tak bertara serta tiada bandingannya.
e) Maha Gagah Perkasa, yang oleh karenanya dapat menye¬lesaikan dan mengatasi segala sesuatu dan dapat juga memberikan perlindungan dan keselamatan dari segala bencana menimpa. Selain itu, dapat juga menentramkan batin.
Suatu Zat yang gaib dari rabaan pancaindera dan suatu rahasia yang tak terjangkau oleh pandangan atau pikiran manusia, Zat yang dirindukan dan dituju oleh tiap insan.
`

PENDAPAT ORANG JAHILIYAH TENTANG Al-ilah), yaitu TUHAN :
Setelah ditinjau dari segi bahasa, baiklah kini ditinjau dari se¬gi pendapat orang jahiliah, Arab atau pun lainnya, mengenai (Uluhiyah), yaitu Ketuhanan, yang oleh kare¬nanya, Muhamad diutus dan dibawai sebuah kitab suci (Qur'an) oleh Al-ilah itu. sebagai bantahan dan penyuluhan yang gam¬blang dan otentik.
Pendapat orang jahiliyah, baik dulu maupun sekarang, ten¬tang ketuhan itu, dijelaskan oleh Qur'an. :antara lain sebagai beri.kut .
10. "Dan mereka nremperbanyak tuhan selain Allah dengan harapan pertolongan dan lindungan mereka': QS. 19 : 81.


11. "Dan mereka memperbanyak tuhan selain Allah dengan harapan mendapatkan pertolongan dari mereka" : Q. 36: 74
Menurut ayat-ayat tersebut, jelaslah bahwa keyakinan orang jahiliyah baik dulu maupun sekarang, terhadap sesembahan¬sesembahannya itu, sebagai pelindung yang dapat menyelamatkan dan menolong dari segala bahaya dan kesulitan, baik yang menim¬pa diri maupun lainnya. Padahal :
11. "Maka sesembahan-sesembahan mereka selain Allah itu, sedikit pun tiada berguna ketika azab Tuhanmu menimpa. Malah justru menambah kepayahan mereka" : QS. 11: 101.
`'
13. 'Dan sesembahan-sesembahan mereka selain A/lah itu, tiada bisa menciptakan baranq sesuatu, malah diciptakan. Mereka sebagai mayat-mayat di dalam kubur, tiada mereka mengetahui bila me¬reka dibangkitkan kelak. Sesungguhnya, Tuhan kalian itu, satu ': QS. 16 : 20 - 22.

14. "Jangan mempertuhankan selain Allah, sebab tiada Tuhan selain Dia QS. 28 : 88.

15. "Dan mereka yang menyeru sesembahan-sesembahan selain Allah itu, hanyalah meyakini sesuatu dugaan belaka, tiada kebenaran¬nya'; QS 10 : 66. •

Ayat-ayat tersebut menjelaskan beberapa masalah, antara lain :

1) Semua sesembahan selain ALlah itu, oleh orang-orang ja¬hiliyah hanya di kala mereka menderita atau tertimpa oleh musibah.
2) Bahwa sesembahan-sesembahan tersebut, tidak hanya dari bangsa jin atau malaikat, tetapi juga dari manusia yang su¬dah mati sebagaimana telah dijelaskan oleh ayat yang arti¬ nya :
"Mereka adalah makhluk-makhluk yang sudah mati, bukan yang masih hidup. Dan mereka pun tidak tahu bilakah mereka dibangkit¬kan (dihidupkan kembali)': QS. 16: 27.

3) Mereka sangka bahwa sesembahan-sesembahan selain Al¬lah itu, dapat mendengar seruan dan mengijabahinya (rne¬ngabulkan) dan sanggup rnenolong.





Sehubungan dengan keterangan tersebut, perlu anda ketahui dulu difinisi "Do'a" atau seruan dan "Ijabah" pengabulan yang di¬harapkan seseorang dari AI-Ilah (Tuhan). Yaitu, misalkan, orang yang dahaga, tentu menyeru pelayan supaya membawakan air iui¬num. Atau seorang yang sakit, tentu mengharapkan pertolongan dokter. Seruan orang yang dahaga kepada pelayan dan seruan pen¬derita sakit kepada dokter, tidak berarti sebagai do'a yang sama se¬perti yang ditujukan kepada Al-Ilah (Tuhan), juga tidak berarti bahwa mereka anggap pelayan dan dokter sebagai dua ilah (Tuhan masing-masing). Sebab apa yang dilakukan itu, baik oleh pelayan dan dokter adalah wajar menurut aturan yang berlaku di dunia ini, dan tidak dirnonopoli seorang, orang pun. Akan tetapi, apabila me¬reka berseru kepada manusia yang terkubur dalam tanah (mayat), atau sebuah patung dan lain-lain benda yang dianggap keramat atau berkhasiat secara gaib, sebagai ganti pelayan atau dokter yang dapat membawakan air minum atau mengobati, maka jelaslah su¬dah bahwa mereka telah memper-ilah-kan (mempertuhankan) ma¬yat, atau patung dan benda-benda lainnya yang dianggapnya se¬bagai keramat itu, dengan keyakinan mereka memiliki kekuasaan seperti kekuasaan ALLAH yang mutlak, kekuasaan di luar hukum alam itu.

Dan tidak mungkin orang tadi memanjatkan do'a (menyeru) untuk mendapat pertolongan kepada sesuatu sesernbahan, melain¬kan berdasarkan keyakinan, bahwa yang dimohoni atau diseru itu, mutlak kekuasaannya dan perkasa yang dapat melanggar aturan alam yang berlaku sejak dahulu hingga akhir zaman serta dapat merubah hukum sebab dan akibat maupun hukum yang berlaku di luar alam ini, baik melalui prosedur maupun tidak
'
16. "Dan sesungguhnya telah kami-(AIIah) binasakan beberapa negeri di sekelilingmu dan Kami (Allah) beri keterangan-keterangan supa¬ya mereka kembali ke jalan yang benar. Dalam pada itu, mengapa sesembahan-sesembahan yang mereka anggap bisa mendekatkan di¬ri kepada Allah itu tidak menolong? malah tidak datang.memang tidak ada sama sekali. Mereka hanyalah diada-adakan belaka. QS. 46 : 27 - 28.
17. " Mengapa aku tidak menyembah Zat yang menciptakan aku dan yang kepada-Nya kita semua dikembalikan. Menqapa aku meng¬adakan sesembahan-sesembahan selain Allah itu, sedangkan jika Allah Yang Maha Pemurah itu menghendaki kemudaratan bagiku, tiada mereka dapat membela atau menyelamatkan aku ? QS. 36 : 22-23.

18. "Dan orang-orang yang mengada-adakan pelindung selain Allah berkata, "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya kami didekatkannya kepada Allah sedekat-dekatnya" : QS. 39 : 3.

19. "Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak dapat mem¬bawakan kemudaratan maupun kemanfaatan bagi mereka. Dan me¬reka berkata, Mereka itulah pembela kami di hadapan AIlah" QS. 10 : 18.

Menurut ayat-ayat tersebut, dapatlah diketahui bahwa orang¬orang jahiliyah itu tidak berpendapat bahwa ULUHIYAH (KE¬TUHANAN) itu, terbagi rata atau tidak di antara sesembahan-¬sesembahan sesembahan mereka. Malah, mereka yakin benar akan adanya satu sesembahan yang dikenal dengan sebutan Allah Swt. da¬lam bahasa Arab.

Adapun kepercayaan orang-orang jahiliyah terhadap sesem¬bahan-sesembahan selain Allah itu hanyalah dalam batas kewe¬nagan Uluhiah (ketuhanan) Allah, di mana Allah akan menerima bujukan mereka. Karenanya mereka anggap akan tercapai maksud mereka dan mendapat manfaat serta terhindar dari mudarat. De¬ngan faham demikian, mereka letakkan sesembahan-sesembahan itu sejajar dengan Allah Swt di sektor Uluhiyah (Ketuhanan).
Jelaslah, barangsiapa menganggap sesuatu, baik itu manusia. maupun jin dan malaikat sebagai pemberi syafaat (grasi) di sisi Al¬lah, lalu memanjatkan doa, pertolongan dengan upacara dan sajian atau tidak, menurut istilah jahiliyah, bahwa ia telah memper-TU¬HAN-kan sesembahan itu dan dijadikannya sebagai suatu ilah.*). ,

20. "Dan Allah berfirman :"Jangan mengadakan dua Tuhan, Sesung¬guhnya Tuhan itu, hanyalah satu. Dan Akulah yang seharusnya kamu taati (tunduki)': Q. 16: 51.

21. "Dan aku tidak takut pada apa yang kamu persekutukan dengan Dia (Allab) itu, kecuali bila Tuhanku menghendaki sesuatu': Q. 6: 80.

2'. "Kami kira engkau sedang diganggu oleh sebagian sesembahan¬-sesembahan kami" : Q. 11: 54.




Dari tuturan ayat-ayat di atas, jelaslah bahwa orang-orang ja¬hiliyah dulu dan sekarang sangat takut pada sesembahan-sesembah¬an, mereka. Maka mereka adakan berbagai upacara, saji-sajian dan lain-lainnya untuk sesembahan-sesembahan itu. Dengan maksud• mendapatkan keridhaan dan tidak murka, di mana kemudian me¬reka timpakan berbagai melapetaka, seperti penyakit, bencana alam, hama dan lain-lain sebagainya yang mengakibatkan kerugian dalam harta benda dan jiwa raga.
* Dalam masalah ini perlu diketahui akan adanya dua macam syafaat :
1. Syafaat yang diyakini di mana ada kekuatan atau wewenang bagi pemberi syafaat itu, sehingga dapat memaksa Allah mengabulkan.
2. Dan syafaat yang serupa dengan surat permohonan yang disertai sikap kelem¬butan dan kerendahan hati serta tanpa.paksaan.

Barangsiapa menganggap salah seorang atau makhluk lain, sebagai atau serupa yang pertama, maka ia telah memperse¬kutukannya dengan Allah dalam sektor Uluhiyah (Ketuhan¬an) dan memper-Tuhan-nya. Anggapan yang demikian inilah, yang disanggah keras oleh Allah Swt. Adapun syafaat yang seperti kedua itu sifatnya, tidak dibantah. Seperti syafaat para Nabi umpamanya, syafaat para syuhada dan orang-orang shalih. Dikabulkan Allah atau tidak, itu wewenang Allah sendiri.

23. "Mereka menjadikan orang-orang alim dan pendeta mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah dan mempertuhankan Almasih putra Mar¬yam. Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Ma¬ha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia ". QS. 9: 31.
24. "Apakah engkau sudah melihat orang yang mempertuhankan nafsunya. Kiranya dapatkah engkau memimpinnya?':
QS. 25 : 43.
25. "Dan demikianlah pemimpin-pemimpin mereka membayangkan kepada orang-orang musyrik, seolah-seolah baik membunuh anak¬ anaknya" : QS. 6: 137

26. "Apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu Tuhan, di mana mere¬ka membuat aturan-aturan yang bertentangan dengan
Ketentuan Allah?" : QS. 42 - 21,

Dari ayat-ayat di atas dapat diketahui, bahwa kata (Al-Ilah) mempunyai beberapa makna yang lain daripada yang te¬lah diartikan di halaman-halaman lalu. ialah, tidak terguris di be¬nak mereka bahwa sesembahan-sesembahan itu menguasai hukum alam. Dan yang dipertuhankan itu, hanya beberapa oknum manu¬sia atau diri sendiri. Tetapi tidak disejajarkan dengan yang dimo¬honi, atau yang dapat membawakan manfaat dan mudarat, melin¬dungi dan menyelamatkan. Melainkan dipertuhankan sebagai yang berhak menentukan aturar-aturan yang harus ditaati, dilaksana¬kan apa yang dihalalkan dan meninggalkan apa yang diharamkan. Dianggapnya mereka berhak menyuruh dan melarang semau diri, tanpa mengindahkan ketentuan-ketentuan lain yang harus diuta¬makan, seperti norma-norma alamiah dan insaniah.

Adapun ayat 31 dari surat Taubah (9) menuturkan tentang orang-orang Yahudi dan Nasrani mempertuhankan para alim ulama dan pendeta mereka di samping Allah sebagai Tuhan seru sekalian alam, sebagai dijelaskan dalam sebuah IIadits Nabi saw. menurut riwayat Turmudzi dan Ibnu Jarir :

Ketika Rasulullah saw. membaca ayat tersebut, berkatalah , Adi bin Hatim yang dulunya memeluk agama Nasrani :"Ya Ra¬sulullah, kami tak pernah menyembah mereka!".
"Tetapi mereka halalkan apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan oleh-Nya. Dan kamu taati. Dengan demikian kamu sembah mereka", jawab beliau.
Ayat-kedua (Q. 25 : 43) sudah jelas maksudnya. Yaitu, ba¬rangsiapa mengutamakan pendapat atau pikirannya sendiri dan menolak pendapat atau pikiran pihak lain yakni berkepala batu, maka jelaslah ia telah mempertuhankan dirinya. Adapun kedua ayat berikutnya (Q. 6 : 137 - Q. 42 : 21), walaupun yang tertulis adalah "Syuraka" yakni sekutu-sekutu sebagai.ganti (tuhan-tuhan) namun persekutuan tersebut hanya pada sektor Uluhiyah dengan Allah Swt. Maka nyatalah dari kedua ayat tersebut, bahwa barang¬siapa - perorangan maupun kelompok dan golongan - menerima suatu cara hidup dari siapa pun dari mana pun tidak berlandaskan ketentuan-ketentuan Allah atau bertentangan dengannya, berten¬tangan dengan norma-norma alamiah dan insaniah, maka jelaslah telah menyekutukan pihak itu dengan A11ah Swt dalam Uluhiyah dan •Rububiyah. Dan pasti hancur binasa takkan tertolong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Radio

NILAI TUKAR DINAR DIRHAM
29-01-2010 , Jumat Siang

DINAR EMAS
½ Dinar - Rp. 705.500,-
1 Dinar - Rp. 1.411.000,-
2 Dinar - Rp. 2.821.500,-

DIRHAM PERAK
1 Dirham - Rp. 29.400,-
2 Dirham - Rp. 58.800,-
1 Khamsa - Rp. 147.000,-

HARGA EMAS PERAK DUNIA


[Most Recent Quotes from www.kitco.com]
[Most Recent Quotes from www.kitco.com]

Blog Archive

 

Copyright © 2009 by seberkas cahaya